Rabu, 15 Maret 2017

WANITA YANG TIDAK DIINGINKAN



Cerita ini merupakan lanjutan dari cerita “Dicarikan Jodoh”

Suatu hari di awal tahun 1996, saya tidak masuk kerja, karena harus ke Rumah Sakit Imanuel – Bandung, untuk operasi tumor. Hanya informasi singkat itu yang disampaikan ke Pak SG, atasan saya.Operasi apa persisnya .... dirahasiakan, hanya keluarga yg tahu!
Semua proses dijalankan sejak pagi, mulai cek tekanan darah, cek alergi obat untuk keperluan anastesi, test golongan darah (kalau-kalau perlu transfusi darah) dan lain-lain.

Selesai operasi dan istirahat beberapa jam di Rumah Sakit, kami langsung pulang.
Mami menitipkan saya di rumah Ii, adik perempuannya di kota Cimindi, dekat Cimahi. 
Perumahan yang cukup jauh dari jalan utama, suasananya tenang, jauh dari hiruk pikuk warung mami ataupun rumah pinggir kali, tempat saya tinggal.
Sebenarnya ini operasi kecil, tetapi yang jadi concern dokter, ada garis keturunan kanker baik dari garis ayah juga ibu. Nenek dari papi meninggal karena kanker rahim, sedangkan kakak perempuan mami meninggal karena kanker otak.

Kalau, bicara luka / sakit … secara fisik jelas, ada 2 sayatan sekitar 3 cm yang saat ini masih tertutup perban, tetapi yang lebih buruk adalah mental …. rasanya begitu down dan terpuruk.
Saat itu, informasi begitu terbatas. Belum ada teknologi secanggih sekarang. Jangankan Google atau You Tube, channel TV pun masih bisa dihitung dengan jari. Handphone masih barang langka dan sangat mahal. Umumnya hanya pemilik perusahaan yang memiliki handphone, itu pun sebesar batu bata. Level manager masih mengandalkan pager untuk berkomunikasi.
Mau curhat … hm … ragu banget, apa yakin orang yang diajak bicara bisa mengerti apa yang saya rasakan. Jadinya… cuma bisa meringis nyeri plus bengong deh.

Menjelang jam 10 malam, telepon rumah Ii berbunyi. Tidak berselang lama, saya dipanggil, sepertinya telepon dari mami walaupun biasanya jam segini mami sudah tidur.
Waktu saya angkat, ternyata suara Pak SK! Lho, koq bisa?
Dia kan tidak pernah datang ke rumah ini. Bagaimana juga bisa tahu nomor telepon rumah Ii?
Di ujung telepon, nada suara Pak SK agak marah…. “Kenapa saya tidak dikasih tahu?!
Saya malah dapat kabar dari orang proyek (sepertinya Pak Min)
Tadi saya datang ke rumah, mami tidak mau kasih tahu kamu di mana!
Katanya jangan diganggu, lagi perlu banyak istirahat!
Saya cuma diam, koq dibombardir gini, ya?
Terus dia melanjutkan perkataannya, sekarang lebih lembut “Saya tadi langsung ke rumah nenek. Ternyata kamu juga tidak ada di situ. Jadi, saya minta orang yang tinggal di situ untuk mengorek informasi dari mami dan dapatlah nomor telepon ini!”  
Segitunya … jadi malam ini dia bikin heboh 3 rumah deh. Hadeuh!

Hari pertama kembali ke kantor proyek, hampir semua teman kantor bertanya: sakit apa? Kenapa sampai dioperasi? Memangnya tidak ada alternatif? Bla...bla...bla....dan saya cuma nyengir, senyam-senyum...rahasia la yah! Lagipula mereka semua laki-laki, sakit saya kan perempuan banget... jadi buat apa dijelasin, malu!
Menjelang sore, kantor proyek lagi sepi, banyak yang lagi pergi ke lapangan (project site).
Pak SG, atasan saya, membuka pembicaraan: "Saya bisa tebak ...kira kira kamu sakit apa! Dari pagi saya perhatikan...kamu selalu taruh tanganmu di antara dada dan perut....berarti operasinya di daerah situ, kan?!... masalah kewanitaan, ya?! makanya kamu ga mau kasih tahu kita-kita!"
Saya hanya diam, tidak mau terpancing.
Lalu Pak SG melanjutkan: "Maaf ya...saya terus terang saja nih...laki-laki itu tujuan hidupnya ya punya keturunan. Apapun agamanya, suku bangsanya....orang miskin sekalipun...ya tetap maunya punya keturunan. Kalau belum nikah tapi sudah terlihat bakal ada masalah, kemungkinan sulit dapat anak...saya sih ga berani ambil resiko! .... Kalau Pak SK berani, salut saya!"
Jleb! Hadeuh...Jujur amat sih?  
Biarpun hal itu mungkin benar adanya, tapi kan bikin sebel.
Lalu Pak SG menambahkan, "Kalau boleh istri kedua, masalah anak bisa beres koq"
Huh atau Hiks....ga tahu deh mau jawab apa!

Di dalam hati ....Kasihan benar jadi wanita jika dikhususkan hanya sebagai "produsen anak" dan kemudian hanya mengurus anak-anak dan suami saja. 
Sedih juga sih kalau gara-gara ini saya sulit menikah.... tetapi hidup harus jalan terus, bukan? Masih banyak sisi lain dari kehidupan yang bisa kita jalankan, daripada mengasihani diri sendiri.
Bukankah saya tetap bisa bekerja secara halal, mempunyai penghasilan untuk menghidupi kedua orang tua yang suatu saat pasti uzur dan tidak kuat bekerja lagi. Hm... saya akan tetap berguna.

Mengenai perkataan Pak SG tentang Pak SK, itu kan baru pendapat dia pribadi...bukan hasil diskusi. Bisa juga perkataan Pak SG hari ini untuk "balas dendam" karena saya tidak menanggapi positif saudaranya yang duda itu.
He he he.... semoga demikian.
Cerita berlanjut ke www.ayamrajawali.blogspot.co.id/2017/03/tidak-mau-dikasihani.html

Tidak ada komentar:

Posting Komentar