Sabtu, 18 Februari 2017

CINTA ITU BERKORBAN?




 "Cinta itu buta, cinta itu berkorban". So sweet kan?
 (foto di atas bukan milik saya)


Seorang teman saya, CT, seorang wanita yang cantik, tinggi semampai, berasal dari keluarga mapan dan juga pandai. Ia menjalin hubungan cinta dengan seorang pria ganteng. Sesudah orang tua CT menyelidiki latar belakang pria ini, yang ternyata seorang playboy dan hedon , hubungan ini pun ditentang. Dengan keyakinan bahwa manusia tidak ada yang sempuna, mereka akhirnya memaksa tetap menikah.



Beberapa tahun pun berlalu. Sesudah mereka dikarunia anak, suaminya berkata bahwa dia laki-laki dengan kebutuhan biologis yang besar. Sekalipun “sayurnya” enak, lama-lama bosan juga dengan “sayur” yang itu-itu saja. Jadi, dia meminta pengertian istrinya untuk mencicipi “sayur-sayur” lain. Dan atas nama cinta yang begitu besar, CT mengijinkan suaminya “jajan”. 

Suatu hari, suaminya berkata bahwa istriku terlalu sibuk dengan pekerjaan dan anak-anak sehingga dia kurang diperhatikan, jadi dia mengambil istri simpanan selain tetap “jajan”. Suaminya berkata bahwa hati dan cintanya tetap untuk CT. Semua kebutuhan istri dan anak-anak tetap diperhatikan, premium quality. Dan atas nama sayang yang begitu besar, CT pun tidak menentang.



Waktu pun berjalan terus dan CT terserang penyakit. Ia pun berobat ke sana kemari dan suaminya asyik dalam dunianya sendiri, bersama teman-temannya dan wanita-wanita lain. CT pun akhirnya tahu bahwa suaminya sudah mempunyai 2 istri lain dengan memalsukan surat keterangan. Dan atas nama keutuhan keluarga / rumah tangga, CT pun diam.



Suatu hari terbongkarlah bahwa sebagian besar harta kekayaan mereka sudah habis terkuras untuk membiayai hidup istri-istri baru dan anak-anaknya. Ketika CT menanyakan hal tersebut, suaminya menjadi sangat marah dan menganiaya dia. Sesudah berbulan- bulan penuh KDRT, baik verbal maupun fisik, suaminya menceraikan dia karena cintanya sudah mati !



Saya belajar dari kejadian ini bahwa
CINTA itu BUKAN 100% MAKLUM
 CINTA BUKAN PEMBIARAN


Sama seperti sebuah pohon, Cinta itu harus dirawat dengan tepat.

Ketika tanah di bawah pohon mulai padat, kita tidak hanya diam dan berkata, “Kasihan pohon ini jika saya menggemburkan tanah di bawahnya …. nanti  ada akar-akar yang tersayat dan luka”.

Ketika ranting-ranting pohon bertumbuh tidak teratur, berantakan, kita tidak hanya diam dan berkata, “Kasihan pohon ini jika saya memotong ranting-rantingnya …. nanti dia kesakitan”

Begitu juga ketika pohon ini diserang hama penyakit, kita tidak hanya diam dan berkata, “Kasihan pohon ini jika saya menyemprotnya dengan pembasmi hama, memotong dan membuang bagian-bagian yang sakit … nanti pohon ini bisa kembali sehat secara alami”



Come on …. Manusia memang tidak ada yang sempurna. 
Cinta yang sehat mengijinkan adanya teguran dan pembelajaran untuk kedua belah pihak. Saling mendukung, menguatkan, mengingatkan kesalahan (bukan saling menyalahkan lho ... itu beda) agar berkembang menjadi pribadi yang lebih baik dan lebih mulia. 

Semoga demikian.  

Tidak ada komentar:

Posting Komentar