Sabtu, 18 Februari 2017

Penyebab Anak Durhaka



Seorang karyawan di kantor saya datang terpincang-pincang. Ternyata, pincangnya karena nasi goreng. 

Kemarin mendekati pukul 11 malam, anak satu-satunya merengek minta dibelikan nasi goreng. Meskipun sudah dibujuk untuk makan apa yang ada di rumah, atau dibuatkan mie instant, anaknya tetap minta nasi goreng meskipun di luar sedang turun hujan.


Jadi, meskipun dia sudah sangat lelah dan mengantuk, ia memaksakan diri keluar, hujan-hujanan untuk mencari nasi goreng. Apa daya, saat melewati jalanan yang gelap, becek, dan licin karena hujan turun sejak sore hari, ia terpeleset jatuh.



Kejadian ini mengingatkan saya akan kejadian di kampung halaman saya di Bandung.
(Silakan baca : Miskin sejak lahir)



Di kawasan kumuh tempat saya tinggal, ada seorang janda yang mempunyai warung kecil di depan rumahnya. Ia mempunyai beberapa orang anak tetapi anak bungsulah yang paling disayanginya. Sejak anak ini kecil, meskipun anak ini belum mengerti nilai sebuah barang, apakah suatu barang itu perlu atau tidak, apakah barang itu mahal atau tidak, Ibu ini selalu berusaha memberikan “yang terbaik” untuk anak bungsunya. 



Setelah anak ini tumbuh besar, ia pun menjadi anak yang trendi. Sepatu dan tas sekolah pastilah barang dengan model terbaru. Jika trend berubah, meskipun sepatu dan tas anaknya masih layak pakai, Ibunya akan mengupayakan barang trend terbaru supaya anaknya tidak ketinggalan jaman. Bersama berjalannya waktu, anak ini pun mengerti barang KW dan meminta barang asli karena tidak mau diolok-olok temannya. So, sepatu real NIKE, bukan NIKE-NIKEan.



Saat masuk SMA, dia minta dibelikan motor. Jaman itu, tahun 1980an, belum ada DP motor murah seperti saat ini. So, kali ini permintaannya tidak sanggup dipenuhi oleh Sang Ibu. Anak ini pun marah besar, mengamuk dan memukuli Ibunya.



Sejak itu, kejadian Ibu dipukuli oleh anak ini menjadi hal yang berkali-kali terjadi. Sang Ibu tidak melawan karena merasa dirinya gagal menyenangkan hati anak. Di sisi lain, abang-abangnya tidak terima dengan perlakuan kasar yang dilakukan oleh si anak bungsu. Si anak bungsu tidak terima bila ditegur / dinasehati berlanjut menjadi pertengkaran dan perkelahian abang-adik. 



Selulus SMA, anak bungsu ini tidak melanjutkan sekolahnya. Ia menjadi preman untuk mendapatkan uang karena sang Ibu yang semakin tua hanya sanggup memberi makan seadanya.

Suatu hari, anak bungsu ini dikepung orang banyak dan dipaksa menikahi gadis yang dihamilinya.

Saat anaknya lahir dan kebutuhan hidup semakin banyak, ia semakin sering mengamuk, memukuli Ibu dan istrinya. Berbeda dengan Ibunya yang hanya bisa diam dan menangis, sang istri tidak tahan, kabur membawa bayinya.



Tidak lama kemudian, Ibu yang merasa kehilangan cucunya ini jatuh sakit dan meninggal. Anak bungsu ini pun mati muda karena terlibat premanisme dan narkoba.

Dari cerita tadi, kesan pertama tentulah ANAK  DURHAKA.

Tetapi di sisi lain, asuhan Ibu-nya yang membentuk dia menjadi ANAK MAMI dengan MIMPI-MIMPI  INDAH yang dikondisikan oleh Ibunya sejak dia kecil, berlanjut menjadi KECEWA dan FRUSTASI, tidak bisa menerima kenyataan hidup yang sebenarnya dan menjadi MARAH kepada Ibu.



Sebagian besar orang tua pasti sayang kepada anak-anaknya. (Saya tidak pakai kata “Semua” karena nyatanya banyak bayi yang dibuang / dibunuh oleh orangtuanya karena tidak diharapkan … hiks hiks tetapi cara membesarkan anak yang salah akan menjadi boomerang untuk anak dan kembali ke orang tuanya.



Marilah menjadi orang tua yang bijaksana. 


"Siapa mengindahkan didikan, menuju jalan kehidupan, tetapi siapa mengabaikan teguran, tersesat." Amsal 10 : 17

Tidak ada komentar:

Posting Komentar