Senin, 13 Maret 2017

ANTARA PACARAN dan SINGLE

dijodohkan dengan anak dari supplier telur, supplier sembako, juga duda yang katanya cukup kaya dan keturunan bangsawan. 

Cerita ini merupakan kelanjutan dari cerita “Kesempatan Kedua”
www.ayamrajawali.blogspot.co.id/2017/03/kesempatan-kedua.html

Sesudah Pak Min keluar ruangan, saya termenung. Hm … ternyata perbedaan di antara saya dan Pak SK bahkan lebih jauh dari yang saya tahu. Ini bukan hanya soal gaya makan, gaya berpakaian, rokok, minuman beralkohol, dan dunia malam.
Dia pernah bareng peragawati dan pramugari? Wah … wah … wanita-wanita cantik, tinggi semampai, modis, bersih terawat, selalu wangi dan enak dilihat.
Jelas banget, itu bukan dunia saya. 

Sekarang ini, Pak SK bisa saja ingin sesuatu yang berbeda dari biasanya, tetapi untuk berapa lama? Apakah dia bisa keluar dari dunianya?
Suatu saat, entah cepat atau lambat, dia bisa menyesali keputusannya memilih saya!
Dia bisa mengungkit-ungkit semua kekurangan dari perempuan proyek yang lugu ini (itu istilah positif lho.. dalam kata-kata negatif menjadi bodoh, tolol), polos (ini juga istilah positif, tetapi berubah jadi kata kampungan dalam kata yang negatif), penurut (yang ini bisa berganti jadi tidak punya inisiatif, tidak kreatif). Waduh....

Secara fisik juga tidak menarik, karena saya lebih pendek lebih dari 30 cm, tidak ada hak sepatu yang bisa mengimbangi, bukan?
Lalu ... apa nilai lebih yang bisa digadang-gadang seperti seorang peserta kontes kecantikan kepada koleganya?

So … saya semakin bulat untuk sendiri / single saja.
Saat orang tua saya mengetahui hal itu, mereka mendukung penuh dan bersemangat menjodohkan dengan beberapa anak kenalan mereka. Lucunya … karena orang tua saya adalah pemilik warung, maka link-nya ke supplier telur, supplier sembako dan sejenisnya. 
Ha … ha … ha … jangan dianggap sepele lho!
Karena sama seperti saya, anak-anak mereka sebagian besar sarjana juga. Meskipun begitu, sebagian besar dari mereka memilih untuk meneruskan usaha orang tuanya daripada bekerja sesuai pendidikan Sarjananya. Mungkin, karena penghasilan dari usaha non kantoran ini jauh lebih besar daripada gaji bulanan seorang anak baru lulus kuliah.
 

Begitu pula di kantor proyek, atasan saya mengenalkan saya kepada saudaranya, seorang duda yang katanya cukup kaya dan masih keturunan bangsawan.
Ha …. Ha …. Ha lagi deh …. Saya yang single, koq orang lain yang jadi sibuk, ya?

Padahal hidup single, jomblo, atau apalah sebutannya, tidak selalu karena keterpaksaan.
Memang ada yang single karena terlalu tinggi ekpektasinya.
Ada pengejar “kepribadian” …rumah pribadi, mobil pribadi, perusahaan pribadi, rekening pribadi.
Ada juga pengejar ”kesempurnaan” : mencari yang cantik / ganteng, berbadan tinggi semampai, berkulit putih bersih terawat, berpakaian kekinian, baik hati, rajin beribadah, penuh perhatian dan pengertian, bertanggung jawab, mapan, masa depannya cerah, …. dan lain ... dan lainnya lagi.
Ada juga yang karena ….. banyak deh …. ga perlu dijelaskan satu per satu.

Tetapi …. kadang menjadi sendiri adalah sebuah pilihan.
Sah-sah saja untuk menikmati kesendirian, sama seperti orang lain yang ingin menikmati hidup dengan meriah, dalam kumpulan besar …. atau menikmati hidup dalam lingkungan yang itu itu saja …. ataupun menikmati dunia hanya untuk berdua, (manusia) yang lain hanya numpang lewat / tidak terlihat.

Pada akhirnya … hidup ini adalah kumpulan dari berbagai pilihan, bukan?

cerita berlanjut ke www.ayamrajawali.blogspot.co.id/2017/03/dicarikan-jodoh.html

Tidak ada komentar:

Posting Komentar