Dipegang tangan saja saya
ngeri ...saya langsung
marah dan merasa jijik !
-------------------------------------------------------------------------------------------------
Di perjumpaan berikutnya, koko SK (di kantor proyek saya tetap panggil
dia Bapak...he he he), menyatakan keheranannya: saya bisa langsung marah hanya
karena dipegang tangannya, saat berjalan di atas trotoar. Dia katakan saya miskin emosi.
Selama
beberapa bulan bareng, dia tidak pernah melihat adanya sentuhan / kontak
fisik / kemesraan dalam keluarga saya, baik sebagai orang tua – anak ataupun
antara saudara kandung.
Tidak
ada rangkulan, pelukan, kecupan… cium pipi (pipi ketemu pipi) pun tidak.
Hal
ini sangat berbeda dengan keluarganya. Saat bertemu, mereka akan saling
berangkulan, berpelukan, menepuk-nepuk punggung dan cipiki cipiki (cium pipi
kiri – cium pipi kanan). Dengan keponakannya yang sudah beranjak dewasa pun,
keponakannya tetap welcome untuk dirangkul dan ditepuk-tepuk
punggungnya.
Saya
hanya memberi ekspresi heran.
Dia menjawab, “Kalau ga percaya, ayo
kita ke wartel (singkatan
dari warung telekomunikasi, semacam kumpulan telepon umum untuk interlokal atau
SLJJ, karena tahun 1990an handphone masih barang langka) kita telepon kakak. Silakan tanya langsung, apakah saya
mengada-ngada atau tidak?”
Hm
…. buat apa? Bukankah setiap keluarga punya gaya-nya sendiri-sendiri?
Lagi
pula, dia tidak perlu tahu apa yang sebenarnya membuat saya marah - tidak mau
digandeng.
Lalu dia menambahkan, “Saya kemarin
telepon kakak dan Mamak. (tidak 2 bulan sekali tuh). Mereka ingatkan Juni tahun ini saya sudah 30 tahun. Dari
4 bersaudara, tinggal saya yang belum menikah. (adik laki-lakinya sudah
punya 2 anak, 1 anak sudah sekolah). Papa juga sudah tua dan sakit-sakitan. Mereka usul untuk datang
ke Bandung, berkenalan dengan keluargamu, kemudian lamaran …. Gimana? ”
Saya
langsung bingung…. koq tidak merasa berbunga-bunga, ya?
Menikah
koq seperti orang kejar tayang, baru kenalan September tahun lalu (1995),
saya baru mau diwisuda bulan Mei (1996) ….terus langsung lamaran.
Hadeuh...Cepat amat?
Pasti
mami papi kecewa, anak sulungnya bukan bantuin biaya kuliah adik-adiknya....eh
malah nikah muda.
Selanjutnya
pasti dikejar untuk memberi cucu….. berarti harus "hubungan suami istri" dong, padahal dipegang
tangan saja saya ngeri. Ga perlu lama ...
saya langsung marah dan merasa jijik !
Semua
kejadian - kejadian buruk, yang sudah terjadi beberapa tahun lalu, saat
saya SMP terbayang lagi. Kejadian di rumah pinggir kali, tetangga depan
rumah, si pemuda mesum, cabul, amoral, ga tahu malu....bla bla bla.
Sekarang....di
depan saya, ada lelaki yang bakal begitu lagi? TIDAAAAK....
Saya
pun segera mengusir Pak SK.
Dia terbingung-bingung dan protes diusir, salahnya apa? La
wong ngomong baik-baik, sopan, serius lho ini....tapi saya tetap marah dan tidak
peduli.
Saat
dia melewati pintu, saya segera menutup dan menguncinya dari dalam.
Dia
hanya terdiam …. lalu pergi.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar