Sabtu, 11 Maret 2017

PACARAN BEDA DUNIA

Lagi jemur baju
di atap rumah
Dalam banyak hal, kita sangat berbeda... bagaimana bisa jalan terus?
 
Baru beberapa bulan, bahkan belum 1/3 tahun, bekerja, saya akhirnya menjadi pacar Pak SK, manager dari sister company. Pak SK menangani beberapa proyek sekaligus, jadi kadang dia datang ke proyek saya, kadang tidak.
Jika Pak SK datang pagi, biasanya kami makan siang bareng di luar proyek. Jika dia datang sore, maka dia akan mengantar saya pulang, meskipun mess (rumah yang disediakan perusahaan) dia di daerah Cijerah, cukup jauh dari rumah saya di dekat Prapatan Lima (he he he .. ini bukan salah sebut Prapatan koq lima ...tapi memang itu nama areanya).
Lucunya, dia sering mengambil rute proyek - masuk pintu tol Padalarang - keluar di pintu tol Cileunyi - lalu menyusuri jalan biasa yang banyak lampu merahnya. Jadi, dari segi waktu ... bisa lebih lama dibanding naik kendaraan umum, bedanya yang ini adem karena ada AC.
Minggu demi minggu berlalu, saya merasa stress dengan hubungan ini.
Ada begitu banyak perbedaan di antara kami selain perbedaan umur 6,5 tahun.
Saya mendapat informasi bahwa saat Pak SK punya waktu luang, dia akan pergi ke diskotik bersama teman-teman satu mess. Minum, merokok, dance dan pulang pagi.
Selain itu, Pak SK adalah seorang perokok berat meskipun dia jarang merokok di depan saya, Dia tahu saya tidak suka asap rokok, meskipun ayah saya seorang perokok.
Jangankan minuman beralkohol ataupun beer, kopi pun jarang sekali saya minum. 
Dunia saya hanya diam tenang di rumah - jaga warung - kerja di proyek Senin s.d. Sabtu siang, plus ke gereja satu kali seminggu,
Sebelum jam 10 malam saya sudah tidur. Kehidupan yang sangat biasa, bukan?

Dalam hal life style, Pak SK banyak memakai barang ber-merk, sebagian besar barang import, sedangkan saya, barang layak pakai dari saudara sepupu atau baju made in mami.

Dalam hal makan, Pak SK lebih banyak lauk daripada nasi. Saya sebaliknya.
Jika makanan kurang enak, maka dia akan meninggalkannya, tanpa dihabiskan.
Padahal di keluarga saya, 1 butir nasipun tidak boleh tertinggal di piring, pamali
 
Meskipun penghasilan Pak SK cukup besar, dia tidak punya tabungan karena dia senang men-traktir, merokok, ke diskotik dan belanja untuk memenuhi life stylenya. 
Di sisi lain, saya seorang yang sangat hemat, senang menabung dan punya catatan pembukuan, hasil didikan sejak kecil.

Pak SK selalu menyebut saya sebagai calon istrinya, bahkan sudah mengirim "kabar gembira" ini kepada keluarganya. What? 
Saya dilanda rasa galau yang luar biasa. Baru saja berulang tahun ke-23 Desember lalu. Wisuda saja belum.
Masa depan dan impian saya baru saja dimulai,belum membahagiakan orang tua yang sudah susah payah membiayai kuliah saya! Boleh dong, bercita-cita membelikan mereka rumah yang layak.
Saya baru menjadi karyawati, baru mulai punya penghasilan.dan tiba-tiba saya dihadapkan dengan kondisi akan bertunangan? Waduh... ini semua terlalu cepat! 
Saya yakin orang tua saya akan kecewa berat. Ada adik kedua saya yang seharusnya dibantu biaya pendidikannya oleh saya, si anak sulung, yang sekarang sudah bekerja! 
Ditambah perbedaan gaya hidup, seperti air dan minyak, seperti matahari dan bulan .... bagaimana bisa jalan terus?
Di sisi lain... proyek ini harus diselesaikan tepat waktu. Jika urusan pribadi ini berdampak buruk, maka karyawati baru ini akan dicap sebagai trouble maker. Tetapi, kalau dilihat dari sifat Pak SK di tempat kerja selama ini, harapan saya dia akan tetap bersikap profesional. Semoga demikian!

Akhirnya, saya memberanikan diri untuk mengajukan  "berteman saja", ya!
Katanya “Cinta itu buta" tetapi ini urusan seumur hidup, 40 tahun? 50 tahun?
Seberapa tahan bisa mengatasi perbedaan ini dan akhirnya melukai keduanya? 

Cerita berlanjut ke www.ayamrajawali.blogspot.co.id/2017/03/kesempatan-kedua.html


Tidak ada komentar:

Posting Komentar