Minggu, 12 Maret 2017

KESEMPATAN KEDUA



Cerita ini merupakan lanjutan dari cerita Pacaran Beda Dunia.


Beberapa hari sesudah saya menyatakan “Berteman saja, ya”, Pak SK tidak terlihat di proyek tempat saya bekerja, juga tidak muncul di kantor proyek. Hm... mungkin ada proyek lain yang saat ini perlu perhatian khusus. Bisa juga lagi banyak urusan di kantor proyeknya (beda bangunan) sehingga tidak mampir kemari. Semoga dia tidak sedang ngambek ... jangan-jangan tidak bisa terima kenyataan ada karyawati baru yang “berani” sama dia. Dalam hal ini, saya tidak cerita apapun ke teman-teman di proyek. Yang penting, sekarang saya merasa ... merdeka


Saat saya sedang di meja kerja, di kantor proyek saat itu hanya sedikit orang, karena banyak staf sedang pergi ke lapangan (proyek). Lalu datanglah Pak Min. Dia asisten Pak SK yang setiap hari stand by di proyek ini. Mereka tinggal bersama di mess (rumah untuk karyawan).


Sesudah basa-basi, Pak Min berkata : Pak SK itu orang baik lho, Bu. Saya kan sudah lama tinggal dan kerja bareng Pak SK. Jarang ada atasan seperti dia. Kenapa diputusin ... kasihan.”

Lho ... koq Pak Min tahu? Sudah kepalang basah, saya jelaskan kondisinya. Terlalu banyak perbedaan dan saya kesulitan untuk menerima hal-hal tersebut !


Lalu Pak Min bercerita : “Maaf ya Bu... Bukannya mau ikut campur, tetapi saya sangat mengenal Pak SK. Dia memang suka ke diskotik, bareng saya. Dia juga suka merokok, bareng saya. Tetapi sejak dia kenal Ibu, dia tidak pernah ke diskotik lagi. Merokok pun sudah jarang, karena dia tahu Ibu tidak suka bau rokok. Dia bilang, sekarang mau berhemat, buat biaya nikah.

Saya hanya terdiam.

Lalu Pak Min melanjutkan: “Kemarin, dia ngajak saya pergi ke diskotik lagi ... katanya stress diputusin. Padahal dulu Pak SK pernah dekat dengan peragawati, pernah juga dengan pramugari. Mereka cantik-cantik, seksi, anak gaul, tetapi Pak SK tidak terpikir untuk menikah. Senangnya lajang terus. Makanya saya heran betul Pak SK bisa suka sama Ibu yang jelas-jelas beda tipe dari perempuan yang dulu-dulu. Malah sekarang kepikiran mau nikah.”


Saya tertegun ... agak tidak enak juga dibandingkan dengan pramugari ataupun peragawati. Tinggi badan saya hanya 157 cm, badan kurus lurus jauh dari seksi, jelas-jelas tidak modis (namanya baju layak pakai... itu sebagian besar karena model baju wanita cepat berubah atau warnanya sudah tidak cerah lagi, bukan?) Wajah pun hanya diberi bedak, tanpa makeup lain, dilengkapi kaca mata minus yang tebal.

Pak Min menjelaskan: “Pak SK pernah bilang ke saya, Ia merasa tenang saat bareng Ibu, polos (naif), senang tersenyum, kelakuannya tidak neko-neko. (itu bahasa jawa yang mungkin berarti macam-macam). Pak SK optimis bisa membangun rumah tangga yang tenang, damai bareng Ibu.... Saya yakin, kalau Ibu kasih kesempatan lagi, Pak SK akan berusaha lebih keras untuk membuat Ibu senang.“

Kemudian Pak Min pamit dan berpesan supaya Pak SK tidak perlu tahu percakapan ini karena ini 100% inisiatifnya.

Hmm ... saya jadi bengong.
Bukankah setiap orang punya masa lalu dan itu tidak bisa diubah?

Bukankah setiap orang pernah melakukan hal-hal bodoh yang kemungkinan disesali di kemudian hari?
Tetapi kuncinya ...masa sekarang dan masa depan bergantung dengan apa yang kita putuskan dan lakukan hari ini.

Apakah salah jika memberi kesempatan kedua, sambil melihat seberapa serius dia bisa berubah?
Entahlah ....

cerita berlanjut ke http://ayamrajawali.blogspot.co.id/2017/03/antara-single-dan-double.html

Tidak ada komentar:

Posting Komentar