Minggu, 22 Januari 2017

DIREMEHKAN .... memang enak?




Awal Maret 2014 saya mendapat kabar bahwa saudara sepupu akan menikahkan anaknya di Tangerang. Satu minggu sebelum acara, karena surat undangan tidak kunjung tiba, satu sama lain mencari tahu dan ternyata hanya saudara-saudara tertentu yang mendapat undangan. Untuk keluarga yang kurang mapan, hanya mendapat 1 undangan untuk rame-rame. Sungguh kecewa!

Di saat yang bersamaan, di Gereja kami ada seorang pengusaha yang berjasa membeli ruko untuk gereja.  Saat Beliau datang sebulan sekali, Beliau selalu mendapat banyak kehormatan. Rencana kegiatan Gereja yang sudah disusun pun langsung dibatalkan bila Beliau tidak setuju.  Di sisi lain, banyak jemaat yang rajin beribadah, tidak diberi kesempatan bahkan untuk hal sederhana, misalnya menjalankan persembahan.

Saat saya tanyakan hal tersebut kepada seorang Pendeta, jawabannya “Di mana ada gula, di situ ada semut. Pendeta juga manusia yang perlu dana. Wajar jika ada perlakuan yang berbeda.”
Kedua kejadian ini membuat saya kecewa, jengkel dan tidak tenang. Mengapa dunia berlaku tidak adil untuk banyak orang? Mengapa banyak manusia, bahkan Gereja, memperlakukan manusia lain dengan memandang harta, kedudukan, dan kekuasaan?

Tidak diduga, hari Jumat saya mendapat SMS “IA sama sekali tidak mengadakan perbedaan antara kita dengan mereka, sesudah ia menyucikan hati mereka oleh iman. KOR 15:9
Hari Minggu, SMS lain berkata “IA harus makin besar, tetapi aku harus makin kecil. YOH 3:30

Bukankah ada Tuhan yang tidak membedakan manusia dari  hal-hal duniawi?
Kita diasah semakin lapang dada saat direndahkan agar kita tidak merendahkan orang lain.
Biarlah semua perlakuan yang tidak enak yang kita alami menjadikan TUHAN semakin besar.
Di sisi lain, membuat kita semakin cinta TUHAN yang mencintai kita apa adanya karena IA melihat hati. Di saat dunia mengecewakan kita, ada TUHAN yang setia.

Tidak ada komentar:

Posting Komentar