Awal Maret 2014 saya mendapat kabar bahwa saudara sepupu
akan menikahkan anaknya di Tangerang. Satu minggu sebelum acara, karena surat
undangan tidak kunjung tiba, satu sama lain mencari tahu dan ternyata hanya
saudara-saudara tertentu yang mendapat undangan. Untuk keluarga yang kurang
mapan, hanya mendapat 1 undangan untuk rame-rame. Sungguh kecewa!
Di saat yang bersamaan, di Gereja kami ada seorang
pengusaha yang berjasa membeli ruko untuk gereja. Saat Beliau datang sebulan sekali, Beliau selalu
mendapat banyak kehormatan. Rencana kegiatan Gereja yang sudah disusun pun
langsung dibatalkan bila Beliau tidak setuju. Di sisi lain, banyak jemaat
yang rajin beribadah, tidak diberi kesempatan bahkan untuk hal sederhana,
misalnya menjalankan persembahan.
Saat saya tanyakan hal tersebut kepada seorang Pendeta,
jawabannya “Di mana ada gula, di situ ada semut. Pendeta juga manusia yang
perlu dana. Wajar jika ada perlakuan yang berbeda.”
Kedua kejadian ini membuat saya kecewa, jengkel dan tidak
tenang. Mengapa dunia berlaku tidak adil untuk banyak orang? Mengapa banyak
manusia, bahkan Gereja, memperlakukan manusia lain dengan memandang harta,
kedudukan, dan kekuasaan?
Tidak diduga, hari Jumat
saya mendapat SMS “IA sama sekali tidak mengadakan perbedaan antara kita
dengan mereka, sesudah ia menyucikan hati mereka oleh iman. KOR 15:9”
Hari Minggu, SMS lain berkata
“IA harus makin besar, tetapi aku harus makin kecil. YOH 3:30”
Bukankah ada Tuhan yang
tidak membedakan manusia dari hal-hal duniawi?
Kita diasah semakin
lapang dada saat direndahkan agar kita tidak merendahkan orang lain.
Biarlah semua perlakuan
yang tidak enak yang kita alami menjadikan TUHAN semakin besar.
Di sisi lain, membuat
kita semakin cinta TUHAN yang mencintai kita apa adanya karena IA melihat
hati. Di saat dunia mengecewakan kita, ada TUHAN yang setia.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar