Tahun 1970,
bunda berpacaran dengan ayah yang belum mengenal Tuhan Yesus. Awalnya ayah mau
datang ke Gereja, tetapi kemudian muncul kekecewaan di Gereja itu. Sejak itu,
ayah antipati terhadap Pendeta, Gereja, Kristen dan hal-hal terkait dengan itu
semua.
Mereka menikah
tahun 1972, membangun keluarga di luar Tuhan Yesus, hidup damai sejahtera,
memiliki 3 orang anak.
Dalam
kondisi itu, ternyata bunda diam-diam berdoa dan berusaha agar anak-anak
menjadi Kristen.
Bunda
kadang-kadang mengirim kami untuk berakhir pekan di rumah kakak /adiknya agar
kami dibawa ke Gereja. Bunda pun dapat meyakinkan ayah untuk menyekolahkan
anak-anak di TK s.d. SMA Katolik dengan alasan mutu pendidikannya baik. Di
situlah kami mengenal Tuhan Yesus. Kami pun bisa punya Alkitab dengan alasan
buku tersebut bagian dari pelajaran Agama, dan nilainya tidak boleh merah agar
bisa naik kelas.
Setelah saya,
anak pertama, menikah di Gereja tahun 1997. Kemudian adik kedua saya menikah di
Gereja tahun 2010. Bunda mulai rutin datang ke Gereja meskipun hal itu kadang
membuat ayah marah.
Kami
mulai patah semangat. Bunda berpikir, sudah tidak mungkin kami bisa beribadah
di Gereja yang sama. Bunda, anak, mantu dan cucunya beribadah di Gereja yang
berbeda, ada yang Katolik, Advent, GSJA dan GPdI. Banyak pendeta, teman dan
saudara yang datang ke rumah untuk meng-kristen-kan ayah, tidak ada yang
berhasil. Tetapi saat teringat Firman yang menyatakan Tuhan akan menuntut kita
atas jiwa-jiwa yang terhilang di sekitar / dalam keluarga kita, semangat bunda
dan anak-anak kembali bangkit untuk mendoakan ayah.
Akhir
tahun 2011, sungguh di luar dugaan, ayah yang sudah berumur 80 tahun, mau
datang ke Kebaktian Natal. Ayah merasa bosan dan kesepian. Di rumah, hanya
tinggal berdua. Teman sebaya, adik kandung dan sepupu sebagian besar sudah
meninggal.
Awal
tahun 2012, bunda berkata, “Jangan terlalu senang dulu, nanti kecewa, seperti
bunda 40 tahun yang lalu. Kita lihat berapa bulan ayah mau ke Gereja sebelum
akhirnya ayah kecewa dan kembali sinis.”
Puji
Tuhan, 29 Desember 2013, Ayah dibaptis, bersama-sama anak keduanya. Akhirnya,
setelah 43 tahun, doa Bunda agar kami sekeluarga menjadi Kristen terkabul.
Percaya dan
berdoalah dengan sabar! Tidak ada yang mustahil bagi Tuhan.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar