Minggu, 22 Januari 2017

PERGUMULAN 43 TAHUN




Tahun 1970, bunda berpacaran dengan ayah yang belum mengenal Tuhan Yesus. Awalnya ayah mau datang ke Gereja, tetapi kemudian muncul kekecewaan di Gereja itu. Sejak itu, ayah antipati terhadap Pendeta, Gereja, Kristen dan hal-hal terkait dengan itu semua.
Mereka menikah tahun 1972, membangun keluarga di luar Tuhan Yesus, hidup damai sejahtera, memiliki 3 orang anak.
Dalam kondisi itu, ternyata bunda diam-diam berdoa dan berusaha agar anak-anak menjadi Kristen.
Bunda kadang-kadang mengirim kami untuk berakhir pekan di rumah kakak /adiknya agar kami dibawa ke Gereja. Bunda pun dapat meyakinkan ayah untuk menyekolahkan anak-anak di TK s.d. SMA Katolik dengan alasan mutu pendidikannya baik. Di situlah kami mengenal Tuhan Yesus. Kami pun bisa punya Alkitab dengan alasan buku tersebut bagian dari pelajaran Agama, dan nilainya tidak boleh merah agar bisa naik kelas.
Setelah saya, anak pertama, menikah di Gereja tahun 1997. Kemudian adik kedua saya menikah di Gereja tahun 2010. Bunda mulai rutin datang ke Gereja meskipun hal itu kadang membuat ayah marah.
Kami mulai patah semangat. Bunda berpikir, sudah tidak mungkin kami bisa beribadah di Gereja yang sama. Bunda, anak, mantu dan cucunya beribadah di Gereja yang berbeda, ada yang Katolik, Advent, GSJA dan GPdI. Banyak pendeta, teman dan saudara yang datang ke rumah untuk meng-kristen-kan ayah, tidak ada yang berhasil. Tetapi saat teringat Firman yang menyatakan Tuhan akan menuntut kita atas jiwa-jiwa yang terhilang di sekitar / dalam keluarga kita, semangat bunda dan anak-anak kembali bangkit untuk mendoakan ayah.
Akhir tahun 2011, sungguh di luar dugaan, ayah yang sudah berumur 80 tahun, mau datang ke Kebaktian Natal. Ayah merasa bosan dan kesepian. Di rumah, hanya tinggal berdua. Teman sebaya, adik kandung dan sepupu sebagian besar sudah meninggal.
Awal tahun 2012, bunda berkata, “Jangan terlalu senang dulu, nanti kecewa, seperti bunda 40 tahun yang lalu. Kita lihat berapa bulan ayah mau ke Gereja sebelum akhirnya ayah kecewa dan kembali sinis.”
Puji Tuhan, 29 Desember 2013, Ayah dibaptis, bersama-sama anak keduanya. Akhirnya, setelah 43 tahun, doa Bunda agar kami sekeluarga menjadi Kristen terkabul.

Percaya dan berdoalah dengan sabar! Tidak ada yang mustahil bagi Tuhan.

Tidak ada komentar:

Posting Komentar