Minggu, 22 Januari 2017

Pilihan A atau B, koq jawabannya C?

Kami suami istri sepakat untuk menjual rumah di Pulo Gebang, supaya bisa membeli rumah yang lebih besar, tetapi kami tidak sepakat mengenai harga jual. Saya usul buka harga di Rp 830, tetapi suami usul Rp 850 untuk mengantisipasi penawaran yang terlalu rendah. Karena dalam beberapa hari tidak juga sepakat, akhirnya kami tidak membahasnya lagi, fokus memperbaiki rumah dulu.


21 Juni 2013, ketika pemerintah mengumumkan kenaikan harga BBM, suami usul buka harga naik menjadi Rp 885 dan saya yang bosan berdebat, langsung setuju. Kami jadi tertawa, koq kemarin ribut 830 vs 850, sekarang malah sepakat 885. 
Konyol.



Malam itu kami mulai penjualan dengan memasang iklan di internet, juga tulisan “DIJUAL” pada pagar rumah dan mendoakannya setiap hari. Kami siapkan mental bahwa menjual rumah perlu waktu minimal 3 bulan, seperti rumah-rumah lain yang dijual di area berdekatan. Apalagi “tanpa perantara / broker”, padahal kami sama-sama pekerja yang sering rapat, jadi handphone lebih sering silent mode.



02 Juli 2013, rumah tersebut terjual di harga Rp 850. Di atas harga perkiraan dan hanya perlu 12 hari ! 


Tuhan sanggup membuat rumah kami yang dipasarkan paling terakhir, bisa terjual duluan.

Puji Tuhan!

Tidak ada komentar:

Posting Komentar