Pernah mendengar istilah Bibit, Bebet dan Bobot?
Tidak ada seorang pun di dunia ini yang bisa menentukan sendiri dari “Bibit” mana dia lahir.Saya contohnya.
Nenek dari pihak Ibu, adalah seorang Muslimah, pribumi asli kelahiran
Garut – Jawa Barat. Ia dikarunia anak
dari perkawinan pertama, kemudian bercerai, menikah dengan kakek saya dan
dikarunia 12 orang anak. Kakek saya seorang keturunan Cina, beragama Kristen
Advent (yang Gerejanya hari Sabtu), mempunyai 3 anak dari perkawinan pertama
sebelum menikahi Nenek. Dengan demikian, Ibu saya yang merupakan anak ke-10,
punya kakak tiri dari ibu juga 3 kakak
tiri dari ayah.
Meskipun kakek nenek berbeda agama, mereka hidup rukun, sangat jarang
bertengkar, saling menghargai agama masing-masing. Jadi, saya sebagai cucunya,
kadang ikut-ikutan puasa, ikut Lebaran, dan ikut Natalan juga. Yang jelas,
tidak ada makanan babi dalam keluarga besar ini, karena nenek tidak pernah
memasak makanan yang diharamkan itu, dan kebiasaan itu diteruskan oleh Ibu
saya.
Nenek adalah pribadi yang sangat baik, sabar dan solehah. Meskipun Beliau
punya banyak menantu dan lebih dari 50 orang cucu, dan kemudian beberapa orang cicit,
dengan bermacam-macam agama, adat istiadat, suku bangsa dan ras, Beliau tidak
pernah marah / bertengkar dengan siapapun. Beliau menjadi panutan sampai
meninggal di tahun 1995.
Di sisi lain, nenek dan kakek dari ayah saya berasal dari daratan Cina.
Ayah saya dan adik satu-satunya adalah keturunan pertama yang lahir di
Indonesia. Mereka berdoa di kelenteng.
Jadi, perbedaan bagi saya adalah hal yang biasa… “Kami semua (memang) bersaudara”.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar