Minggu, 22 Januari 2017

Wawancara Kerja yang Aneh



Pada tanggal 23 September 2010, saya mendapat undangan bertemu dengan seorang pemilik perusahaan besar tanggal 27 September 2010 pk 18.00 di Kebayoran Lama – Jakarta Selatan. Untuk itu saya mempersiapkan diri dari ujung kepala sampai  ke ujung kaki, berlatih “jika ditanya apa, harus jawab apa” dan extra doa agar semua lancar.
Pada hari H, mulai jam 3 sore hujan turun deras. Saat saya pulang kerja, tepat jam 5 sore di Senayan, hujan sudah reda. Ternyata macet sangat parah, dan s.d. pukul 18.15 nyaris tidak bergerak di perempatan Simprug. Saya ambil jalan alternative, bahkan melawan arah dan masuk ‘jalan tikus’ ternyata tidak bergerak juga.
Menjelang pk 18.30, saya kembali menelepon PEMILIK untuk ketiga kalinya dan bertanya, “Saya akan cari ojek, dan jika tidak ada (ojek) saya akan berjalan kaki ke sana. Apakah Ibu bersedia menunggu? Itu perlu waktu lama tetapi tetap lebih cepat daripada naik mobil dalam keadaan begini”
Sesudah dijawab “YA!” saya dengan sepatu hak 7 cm berjalan kaki di antara padatnya kendaraan, hujan, genangan air bercampur lumpur, kadang berjalan di ‘taman/rumput/tanah becek’ karena trotoar  pun ramai dilalui motor, dan beberapa kali berhenti untuk bertanya arah karena saya tidak mengerti daerah tersebut.
Sambil berjalan, saya berkali-kali bertanya,” Tuhan, jika memang Tuhan tidak ijinkan saya bergabung dengan perusahaan ini, apa perlu cara se-ekstrim ini untuk berkata TIDAK?! “
Saya tiba lewat pk 19.00, dengan penampilan berantakan dari ujung kepala sampai ke ujung kaki, langsung dibawa 2 security menghadap PEMILIK dan Direktur HR yang sudah menunggu lama. Sambil ngos-ngosan dan keringat mengucur deras, saya hanya bisa berkata “MAAF, saya datang sangat terlambat. Terima kasih sudah menunggu lama”.
PEMILIK ini langsung menjawab, “Saya suka sama kamu! Pertama, kamu mau jalan kaki menemui saya. Itu bikin saya penasaran dan mau menunggu kamu. Kamu mau berjuang. Kedua, saya sudah bayangkan kamu akan datang dengan wajah BT, sebel, kesal ... ternyata saat kamu muncul di pintu masuk utama, kamu tersenyum cerah. Kamu tidak terpengaruh oleh keadaan. Ketiga, saya pikir kamu akan berkata: jalannya macet, banjirnya tinggi, motor-motornya liar, lampu merah mati, atau apapun ... ternyata kamu hanya berkata saya minta maaf. Kamu tidak menyalahkan siapapun atau apapun. Saya mau kamu jadi karyawan saya!”
Direktur HR langsung berkata, “Padahal saya ajukan beberapa kandidat dari kemarin, sebagian dijawab TIDAK, sebagian lagi dijawab RAGU-RAGU, tapi kamu langsung diterima di menit pertama”
PUJI TUHAN!!
Keesokan harinya, di halaman pertama koran KOMPAS, ada foto ukuran besar dengan tulisan pelengkap foto: “....  genangan air setinggi lebih kurang 50 sentimeter di seberang mal Gandaria City ... mengakibatkan banyak kendaraan yang terjebak sehingga menimbulkan kemacetan panjang”
Foto itu tepat menunjukan tempat di mana saya bergumul tadi malam!
Tuhan memberi saya ‘kenangan pengingat” bahwa ketika rencana kita berantakan, bahkan Tuhan sepertinya tidak kompak untuk memberi jalan yang lancar, itu karena Tuhan sedang menyiapkan sesuatu yang lebih besar dari yang kita pikirkan.

Tidak ada komentar:

Posting Komentar